Museum Kereta Api Ambarawa adalah sebuah stasiun kereta api yang sekarang dialihfungsikan menjadi sebuah museum di Ambarawa, Jawa Tengah yang memiliki kelengkapan kereta api yang pernah berjaya pada zamannya. Salah satu kereta api uap dengan lokomotif nomor B 2502 dan B 2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen, serta B 5112 buatan Hannoversche Maschinenbau AG sampai sekarang masih dapat menjalankan aktivitas sebagai kereta api wisata. Kereta api uap bergerigi ini sangat unik dan merupakan salah satu dari tiga yang masih tersisa di dunia. Dua di antaranya ada di Swiss dan India.
Selain koleksi-koleksi unik tadi, masih dapat disaksikan berbagai macam
jenis lokomotif uap dari seri B, C, D hingga jenis CC yang paling besar
(CC 5029, Schweizerische Lokomotiv und Maschinenfabrik) di halaman
museum.
Sejak Juni 2013, museum ini ditutup total untuk renovasi
besar-besaran, setelah penghentian operasional kereta wisata sejak
pertengahan 2012. Tidak ada informasi yang jelas dari pihak PT KAI,
kapan museum ini dibuka kembali.
Bangunan dan Lokasi
Ambarawa awalnya merupakan sebuah kota militer pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Raja Willem I memerintahkan untuk membangun stasiun kereta api baru yang memungkinkan pemerintah untuk mengangkut tentaranya ke Semarang.
Pada 21 Mei 1873, stasiun kereta api Ambarawa dibangun di atas tanah
127.500 m². Pada awalnya dikenal sebagai Stasiun Willem I.
Willem I Stasiun Kereta Api awalnya titik pengangkutan antara 8 ½ 4ft
di (1435 mm) cabang rel dari Kedungjati di timur laut dan 3ft 6in (1067
mm) baris rel selanjutnya menuju Yogyakarta melalui Magelang dari arah
selatan. Hal ini masih bisa terlihat bahwa kedua sisinya dibangun
stasiun kereta api untuk mengakomodasi ukuran yang berbeda.
Museum kereta api Ambarawa kemudian didirikan pada tanggal 6 Oktober 1976 di Stasiun Ambarawa untuk melestarikan lokomotif uap
yang kemudian datang ke akhir masa pemanfaatan kembali ketika 3ft 6in
(1067 mm) jalur rel kereta api dari Perusahaan Negara Kereta Api
ditutup. Ini merupakan museum terbuka yang terdapat di samping stasiun
asli.
Jalur Kereta Api
Jalur rel 3ft 6in (1067 mm) menuju Yogyakarta
(disebut 'selatan' meskipun sebenarnya membentang melewati sekitar dari
selatan ke barat melalui Ambarawa) adalah hal menarik karena berisi
bagian dari rak gigi rel kereta api antara Jambu dan Secang, satu-satunya yang masih beroperasi di Pulau Jawa.
Jalur di luar Bedono ini ditutup pada awal tahun 1970 setelah rusak
akibat gempa, namun juga telah kehilangan sebagian besar lalu lintas
penumpang dikarenakan untuk jalan paralel untuk bis. Jalur dari
Kedungjati (disebut 'utara' karena tujuan akhirnya adalah Semarang,
meskipun sebenarnya berjalan dari timur yang awalnya dari Ambarawa)
mampu bertahan sampai pertengahan 1970-an tapi terlihat lalu lintas yang
sangat sedikit akhirnya, juga dikarenakan jauh lebih cepat untuk
bepergian secara langsung dengan jalan raya menuju Semarang. Kehadiran jalur rak berarti bahwa ada kemungkin lalu lintas dari Semarang ke Yogyakarta tidak pernah cukup sering.
Wisata
Museum ini melayani kereta wisata Ambarawa-Bedono pp,
Ambarawa-Tuntang pp dan lori wisata Ambarawa-Tuntang pp. Kereta wisata
Ambarawa-Bedono pp atau lebih dikenal Ambarawa Railway Mountain Tour ini
beroperasi dari Museum ini menuju Stasiun Bedono
yang jaraknya 35 KM dan ditempuh 1 jam untuk sampai stasiun itu. Kereta
ini melewati rel bergerigi yang hanya ada di sini dan di Sawahlunto.
Panorama keindahan alam seperti lembah yang hijau antara Gunung Ungaran
dan Gunung Merbabu dapat disaksikan sepanjang perjalanan.
Pemandangan yang dapat dinikmati dari kereta dan lori
Ambarawa-Tuntang pun tak kalah bagusnya. Kereta ini berangkat dari
stasiun menuju Stasiun Tuntang
yang berada sekitar 7 km dari museum. Di sepanjang jalan dapat dilihat
lanskap menawan berupa sawah dan ladang dengan latar belakang Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, dan Rawa Pening di kejauhan. Kereta ini sebenarnya sudah ada sejak dulu, tetapi ditutup pada 1980-an karena prasarana yang rusak.
Harga karcis kereta wisata adalah Rp50.000 per orang, sedangkan lori Rp10.000 per orang. Harga sewa kereta Rp3.000.000.
Koleksi
Museum mengoleksi 21 lokomotif uap. Saat ini terdapat 3 lokomotif
yang dapat dioperasikan. Koleksi yang lain dari museum adalah telepon
antik, peralatan telegram morse, bel antik dan beberapa perabotan antik.
Beberapa lokomotif uap adalah 2 unit kelas B 25 (Esslingen 0-4-2RT)
yaitu B 2502 dan B 2503 (2 dari 3 unit lokomotif yang tersisa; lokomotif
ketiga, B 2501 dimonumenkan di Monumen Palagan Ambarawa). Dahulu,
terdapat loko uap kelas E 10 (Esslingen 0-10-0RT), bernomor E 1060 yang
semula dikirimkan ke Sumatera Barat pada tahun 1960 untuk menarik kereta api batubara, tetapi kemudian dibawa ke Jawa,
dan sebuah lokomotif konvensional 2-6-0T C 1218 yang dihidupkan kembali
pada tahun 2006 setelah lama disimpan di Cepu, kemudian direlokasi ke
Ambarawa tahun 2002. Namun, lokomotif E 1060 dipulangkan kembali ke Sawahlunto sedangkan lokomotif C1218 dibawa ke Surakarta dijadikan kereta wisata Jaladara.
Baru-baru ini museum ini dapat lokomotif diesel hidrolik D 300 23 yang
berasal dari dipo lokomotif Cepu yang dipindah ke dipo lokomotif
Ambarawa pada 6 Oktober 2010. Lokomotif uap B 5112 yang buatan pabrik
Hanomag, telah berhasil dihidupkan kembali setelah 30 tahun mati. Museum
Ambarawa juga mempunyai beberapa koleksi baru seperti kereta kayu CR
dari Madura, kereta kayu dari Kebonpolo, Magelang, NR kayu dari Balai
Yasa Yogyakarta, gerbong GR dari Balai Yasa Manggarai, dan lain-lain.
Galeri
|
Loko uap B 2503 mengisi air di Bedono
|
|
Lokomotif B51 12 yang saat ini berada di depo Ambarawa untuk dihidupkan kembali
|
|
Lokomotif B5112 sedang menjalani test run Ambarawa-Tuntang pp.
|
|
Lokomotif Uap C1507 yang dipajang didepan Museum. |
|
Lokomotif Uap B2502, salah satu dari dua lokomotif yang masih aktif dan
merupakan salah satu di antara tiga yang tersisa di dunia.
|
|
Lori wisata Ambarawa-Tuntang.
|
|
Kereta wisata Ambarawa-Tuntang.
|
|
Kereta wisata Ambarawa-Bedono.
|
Source : Wiki Indonesia