3 generasi armada KRL yang masih beroperasi |
KRL Ekonomi adalah unit armada KRL yang ditujukan untuk masyarakat kelas ekonomi menengah dan bawah. Kelas ini menggunakan armada KRL lama yang tidak menggunakan fasilitas pendingin udara (AC). Sejumlah rangkaian dibuat oleh Nippon Sharyo dan Kawasaki, juga Hitachi, Ltd., BN-Holec, ABB-Hyundai yang bekerjasama dengan PT Inka. KRL jenis ini sudah tidak dioperasikan lagi di semua jalur, dan seluruhnya disimpan di Dipo Depok atau Balai Yasa Manggarai. KRL non-AC tipe Rheostatik beberapa rangkaiannya dikirim ke Stasiun Purwakarta untuk dibesituakan (afkir). Untuk KRL Rheostatik Stainless, Holec, dan Hitachi, tidak menutup kemungkinan bahwa KRL tersebut dapat direkondisi menjadi KRL AC, mengingat usia mereka lebih muda dari KRL eks Jepang, yaitu KRL Holec yang dibuat pada tahun 1994-2000 dan KRL Hitachi yang dibuat pada tahun 1997. Kini, seluruh KRL ekonomi dikirim ke Purwakarta, kecuali beberapa KRL yang beruntung dan masih digunakan untuk keperluan antar dipo.
KRL BN-Holec (1994-2001)
KRL BN-Holec |
KRL Ekonomi Rheostatik (1976, 1978 dan 1983-1987)
KRL Rheostatik |
Untuk KRL buatan Nippon Sharyo tahun 1976, 1978, 1983, dan 1984, kereta ini sudah mengalami banyak perubahan, baik kaca depan maupun skema warna/striping/livery. Semula menggunakan skema PJKA yaitu berwarna merah polos dengan "wajah" kuning terang dari tahun 1976-1990-an, kemudian pada era Perumka diubah menjadi merah dan biru dengan garis putih seperti KA Ekonomi di era 90-an awal, di mana saat itu, pintu KRL mulai mengalami kerusakan dan pada tahun 1993 yaitu: satu set KRL Rheostatik mild dan stainless mengalami kecelakaan di antara Stasiun Depok dan Citayam.[7] Di era 90-an akhir, tepatnya tahun 1995-2000, KRL ini dicat putih-hijau dengan garis biru tua dan biru muda Pada era PT KAI kemudian diubah menjadi orange dengan garis kuning, dan terakhir putih dengan garis merah.
Kedua KRL ini mulanya seperti KRL Ekonomi AC atau Ekspres, yakni
pintunya dapat tertutup secara otomatis, dan cukup nyaman. Namun,
seiring berjalannya waktu kedua KRL ini menurun kondisinya menjadi
seperti sekarang ini, meskipun kerusakan pada pintu KRL mulai terjadi
pada tahun 90-an, di mana kerusakan terjadi karena pengganjalan pintu
oleh penumpang.
Pada 2009, telah dioperasikan KRL Rheostatik dengan modifikasi kabin masinis, yang diberi nama "Djoko Lelono".
KRL ini adalah modifikasi sejumlah gerbong KRL Rheostatik dengan kabin
masinis menjadi aerodinamis yang konon terinspirasi dari KA Intercity-Express (ICE). Pintu penumpang juga sudah diaktifkan kembali sehingga dapat membuka dan menutup seperti sediakala.
Sejak tak lagi dioperasikannya KRL ekonomi non-AC, KRL Rheostatik
disimpan di Dipo Depok dan Balai Yasa Manggarai. KRL Rheostatik dengan
bodi mild steel sebagian dikirim ke Stasiun Purwakarta untuk dibesituakan (afkir). Sementara KRL Rheostatik Stainless
masih disimpan di Dipo Depok/Balai Yasa Manggarai, mengingat tidak
menutup kemungkinan untuk direkondisi menjadi KRL AC atau ikut dirucat
ke Purwakarta. Kini, masih ada beberapa rangkaian KRL Rheostatik yang
bernasib mujur dibandingkan KRL lainnya. Namun, KRL yang masih aktif ini
dioperasikan untuk logistik antar dipo atau KRL penolong jika sedang
diperlukan.
KRL Hitachi di dekat Stasiun Gondangdia |
KRL Inka-Hitachi [Jepang-Indonesia] (1997)
KRL ABB-Hyundai [Korea Selatan-Indonesia] (1985-1992)
KRL ini dibuat atas kerjasama antara PT Inka, ABB, dan Hyundai, dirakit di PT Inka pada tahun 1985-1992 dibuat sebanyak 8 gerbong (2 set) berteknologi VVVF-GTO (Gate Turn-Off) dan disebut-sebut merupakan prototype kereta MagLev yang dikembangkan Hyundai untuk jalur Seoul-Pusan.
KRL Hyundai sempat mangkrak dalam waktu yang lama, lalu beroperasi
kembali dan kemudian pensiun. Saat ini KRL ABB Hyundai telah dikonversi
menjadi KRDE dan beroperasi di jalur Surabaya-Mojokerto sebagai Arek Surokerto.
sumber: Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar